Peduli Kesehatan Psychological, Yayasan BUMN Luncurkan ‘Mendengar Jiwa’

Jakarta, CNN Indonesia —

Yayasan BUMN menginisiasi program bertajuk ‘Mendengar Jiwa’ sebagai respons peningkatan krisis kesehatan psychological di kalangan remaja. Program ini bertujuan Menyajikan solusi konkret bagi generasi muda yang makin rentan gangguan psychological.

Ketua Yayasan BUMN Syafuan berkata information menunjukkan 42 persen pelajar mengalami kecemasan ringan, sementara 40 persen mahasiswa baru terdiagnosis mengalami kecemasan sebelum mulai kuliah.

“Tanpa penanganan tepat, masalah ini dapat Mengoptimalkan risiko penyalahgunaan zat, penurunan prestasi akademik, serta tindakan self-harm. Untuk itu kami hadir Menyajikan solusi dan mengajak semua pihak untuk peduli terkait isu kesehatan psychological ini,” kata Syafuan di Jakarta Pusat, Sabtu (12/10).

Program ‘Mendengar Jiwa’ tak hanya hadir di lingkungan Kementerian BUMN tetapi Bahkan di kalangan masyarakat luas. Terdapat pendekatan holistik yang melibatkan pelajar, mahasiswa, orang tua dan institusi pendidikan.

‘Mendengar Jiwa’ Bahkan berkolaborasi dengan Well being Collaborative Middle sebagai salah satu advokasi kesehatan nirlaba di Indonesia.

Program ini Pernah menghasilkan langkah-langkah nyata seperti skrining kesehatan psychological melalui platform digital yang mudah diakses, edukasi dan pelatihan bagi siswa dan orang tua, serta akses yang lebih dekat ke fasilitas kesehatan psychological.

Kemudian terdapat Zona Mendengar Jiwa yang menjadikan sekolah dan kampus sebagai ruang Terbukti di mana pelajar dapat berdiskusi tentang masalah psychological dan mencari bantuan.

Sementara itu Pembantu Presiden BUMN Erick Thohir mendorong Supaya bisa Yayasan BUMN terus bertransformasi merespons isu terkini dan di masa mendatang.

“Di waktu ini kementerian BUMN Pernah Menyajikan fasilitas untuk Mendukung kesehatan psychological di tempat kerja, karena kesehatan psychological sangatlah penting dan diperlukan solusi konkret untuk penanganannya. kinerja dan produktivitas di tempat kerja sangat dipengaruhi oleh kesehatan psychological para pegawai,” ungkap Erick.

(els/fea)