7 dari 10 Ibu di RI Kena Mother Shaming, Pelaku Terbanyak Justru dari Suami-Mertua

7 dari 10 Ibu di RI Kena Mother Shaming, Pelaku Terbanyak Justru dari Suami-Mertua


Jakarta

Studi terbaru belum lama ini mengungkapkan banyaknya jumlah ibu di Indonesia yang mengalami mother shaming. Mother shaming merujuk pada sebuah komentar, kritik, atau ucapan tak enak perihal Ideas membesarkan anak.

Riset Well being Collaborative Heart (HCC) mengungkap sebanyak 72 persen dari 892 ibu yang terlibat dalam survei mengaku pernah mengalami mother shaming. Hal ini menandakan sekitar 7 dari 10 ibu di Indonesia pernah mengalami kejadian tak mengenakkan tersebut.

Padahal, efek mother shaming jelas membahayakan kesehatan psychological dan fisik para ibu.


“Ini jumlahnya tinggi banget ya, karena studi international menyebutkan bahwa kejadian patologis seperti ini kalau di suatu wilayah Pernah berlangsung di atas 40 persen itu berarti masalahnya serius. Ternyata sampai 72 persen orang ibu mengalami mother shaming,” kata peneliti utama Dr dr Ray Wagiu, MKK, FRSPH dalam acara temu media, Senin (1/7/2024).

dr Ray menambahkan, dari keseluruhan ibu yang pernah mengalami mom-shaming, 20 persen di antaranya menjadi korban mother shaming dengan frekuensi sangat sering. Artinya, bisa dialami nyaris setiap hari.

Mirisnya, fakta menunjukkan mayoritas pelaku mom-shaming terbanyak justru datang dari keluarga inti. Keluarga inti yang dimaksud meliputi suami, orang tua, mertua, Sampai sekarang kakak atau adik yang tinggal dalam satu rumah, di saat seharusnya mereka menjadi help system atau pendukung nomor satu seorang ibu dalam pola pengasuhan anak.

“53 persen pelaku mother shaming itu justru datang dari keluarga dan lingkungan tempat tinggal. Secara norma kan seharusnya mereka yang Mendukung,” jelas dr Ray.

Masih dari temuan HCC, sebanyak 50,6 persen ibu mengalami mother shaming dari anggota keluarga, 29 persen mother shaming Bahkan dilakukan oleh teman di lingkungan tempat tinggal dan kerja.

“Peran pengasuhan itu jangan dikritik tapi Dianjurkan didukung karena pengasuhan itu sangat subjektif. Jadi memang Dianjurkan diganti terminologinya. Apalagi Harus diingat parenting itu kerja bersama, bukan cuma peran ibu,” kata dr Ray.

“Parenting itu bukanlah hal yang mudah, ibu pun Bahkan susah belajar karena nggak ada itu textbook Ideas parenting itu kan karena ada contoh kasus, padahal contoh kasus tiap anak itu bisa berbeda, karakteristik anak berbeda,” tandasnya.

Sumber Refrensi Berita: Detik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *