AWAS !!! Ternyata Ada Rumah yang Bikin Gila Penghuninya

Sebuah rumah bisa menyebabkan gila penghuninya, tapi sembuh setelah pindah ke tempat yang lain. Konon, rumah itu ada penghuni gaibnya dari jenis pesugihan pemilik sebelumnya. Benarkah???”
Rumah yang ada di salah satu desa di wilayah Pare, Kediri, Jawa Timur itu bangunannya terlihat
besar sekali. Halamannya juga cukup luas, bahkan jika digunakan untuk parkir mobil, sepuluh mobil bisa
masuk sekaligus. Namun halaman yang cukup luas itu dipenuhi rumput-rumput liar yang tampaknya
tidak pernah dibersihkan. Temboknya banyak yang mengelupas dan sebagian gentengnya miring seperti
hendak jatuh.
Suasana rumah besar yang tidak berpenghuni itu boleh dibilang kesannya memang angker.
Meski begitu, sisa-sisa masa jayanya masih terlihat jelas dari modelnya yang bergaya kolonial dengan
ornamen yang terlihat mewah. Rumah itu khas rumah orang-orang Belanda yang pernah tinggal di
Indonesia. Pilar-pilarnya besar dan terlihat kokoh. Pintu dan jendela juga ukuran cukup besar serta kayu
yang digunakan dari jati pilihan.
Iqbal (45), salah seorang warga setempat yang tinggal tak jauh dari rumah itu mengatakan
rumah itu beberapa tahun yang lalu masih ada penghuninya, yaitu pasangan suami-istri, yang
merupakan generasi kedua dari pendiri rumah.
Pasangan suami-istri itu memiliki anak tunggal yang sempat kuliah di Jogjakarta sebelum
akhirnya kembali ke Pare, Kediri. Di kampung halamannya, Tejo, sebut saja begitu, anak dari pasangan
generasi kedua ini ikut membantu pekerjaan orangtuanya sebagai tengkulak hasil-hasil pertanian di
daerah itu. Keluarga ini juga punya pengilingan padi yang sekaligus sebagai gudang penyimpanan
barang-barang hasil pertanian seperti padi, jagung, dan kedelai.
Seiring berjalannya waktu, orangtua lelaki Tejo akhirnya meninggal di usianya yang belum terlalu
tua. Faktor beberapa penyakit yang diderita, kemungkinan sebagai penyebabnya. Sepeninggal orangtua
lelaki, praktis usaha tersebut ditangani oleh Tejo yang belum berkeluarga meski sudah menginjak usia
30 tahun. Ibunya sudah sering mengingatkannya agar lekas-lekas menikah, bahkan beberapa
perempuan sudah dikenalkan kepadanya, tapi pemuda tersebut tidak juga tertarik satu di antaranya.
Entahlah, apa yang membuat Tejo seperti itu. Namun, ada dugaan ia pernah patah hati waktu
masih kuliah di Jogjakarta. Perempuan yang dicintainya ternyata mengkhianati dan memilih menikah
dengan lelaki lain. Sepeninggal orangtua lelakinya, usaha yang dijalankan Tejo bukannya maju tapi
mulai mengalami surut.

Bersamaan dengan itu, usaha-usaha serupa banyak bermunculan dan bisnis yang dikendalikan
Tejo tidak bisa bersaing melawan pendatang-pendatang baru. Banyak petani yang memilih menjual hasil
buminya kepada tengkulak lain, ditambah ulah pengkhianatan beberapa anak buahnya yang ikut
majikan lain, membuat usaha Tejo semakin terpuruk saja.
Tak lama berselang, giliran ibu Tejo yang akhirnya dipanggil Tuhan. Kepergian ibunya membuat
Tejo sangat sedih. Ia banyak merenung dan menyesali sikapnya untuk tidak segera menerima tawaran
dijodohkan oleh ibunya. Belum sempat memenuhi permintaan menikah oleh ibunya, wanita itu sudah
keburu meninggal.
Tejo yang awalnya mempunyai kepribadian pendiam semakin terlihat pendiam sejak ibu
meninggal. Ia sepertinya tidak semangat lagi mengurusi pekerjaannya. Saudara ibunya yang melihat
Tejo tidak serius bekerja ikut membantu pemuda itu dalam menyelesaikan pekerjaannya. Ia menghandle
beberapa pekerjaan yang dulu ditangani orangtua lelaki Tejo. Kedatangan paman Tejo sedikit banyak
telah membantu usaha itu. Tapi, rasa bersalah tidak menuruti permintaan ibunya rupanya terus
menghantui pemuda ini sampai akhirnya ia sering terlihat suka menyendiri.
“Anak tunggal pemilik rumah itu stres berat, seperti orang tidak waras,” ungkap Iqbal yang
mendengar cerita keluarga itu.
Menurut Iqbal, saudara ibunya Tejo bukan tidak melihat gelagat yang tidak baik itu. Karena itu
pamannya lalu mengajak Tejo untuk tinggal di rumahnya yang ada di kampung lain. Jika di rumah
sebelumnya Tejo sering menyendiri dan pendiam, di rumah pamannya ia terlihat mudah bergaul. Tidak
tahu pasti, apa karena pengaruh lingkungan dan mendapatkan perhatian yang tulus serta baik dari
orang-orang dekatnya, Tejo terlihat kembali bisa mengatasi rasa sedihnya.
Tak lama kemudian, pemuda itu memutuskan menikahi seorang gadis pilihan hatinya yang
dikenalkan keponakannya. Karena tak ingin terus ikut dalam keluarga pamannya dan untuk tujuan
belajar mandiri, Tejo kembali ke rumah warisannya, yaitu rumah orangtuanya.
Tapi, tak lama berada di situ bersama istrinya, petaka itu datang lagi. Tejo kembali mengalami
depresi dan ia kembali terlihat seperti orang yang tidak waras. Orang-orang yang dekat dengannya
menduga permasalahannya dari istri Tejo yang memilih meninggalkan Tejo dan kembali ke orangtuanya.
Entahlah, apa yang menyebabkan pasangan ini memilih pisah-pisahan, hanya Tejo sendiri dan istri yang
mengetahuinya.
Herannya lagi, usai ditinggal istri dan mengalami depresi sampai mengalami prilaku seperti orang
yang tidak waras, setelah dibawa kembali ke rumah pamannya, Tejo kembali terlihat seperti orang
normal. Ia bisa bergaul baik dengan siapa saja dan juga bisa bekerja di tempat pengilingan padi
peninggalan orangtuanya.
Karena cerita itulah, menurut Iqbal, rumah besar di Pare, Kediri itu dianggap sebagai rumah yang
bisa membawa gila pada penghuni. Iqbal mengatakan bahwa banyak prediksi yang dikeluarkan orang,
baik itu orang yang memang ahli dalam hal-hal supranatural atau mereka yang mengaku-aku pandai
saja. Di antaranya, ada yang mengatakan jika rumah itu bisa menyebabkan gila penghuninya sebab ada
makhluk yang tak kasat mata yang menguasai tempat itu.
“Macam-macamlah pendapat orang, Mas, ada yang katanya ini dan itu soal rumah itu, tapi tak
jelas kebenarannya. Tapi, intinya rumah itu bisa bikin gila karena ada makhluk gaib yang berasal dari tumbal pesugihan. Mahkluk itu katanya terus mencari korban, ya pertama-tama membuat gila, tapi lama-lama jadi tumbal juga nyawanya,” cerita Iqbal.

Rumah itu sebenarnya sudah berniat dijual dan sempat ada papan tulisan dijual di depannya.
Tapi, sampai bertahun-tahun lamanya sampai papan tulisannya hilang, tidak juga laku. Katanya, pernah
ada yang melihat dan berniat membelinya tapi tidak jadi. “Tidak tahu Mas kenapa orang-orang yang mau membeli selalu gagal, mungkin harga yang ditawarkan terlalu tinggi,” ucap Iqbal pendek.
Sumber lain, yang kebetulan bekerja sebagai penjaga warung tak jauh dari rumah penyebab gila itu, mengatakan bahwa orang yang berniat menawar rumah itu pernah mampir di warungnya. Katanya, ia sempat masuk ke halaman dan bagian samping rumah, bahkan melongok ke dalamnya, tapi calon pembeli itu merasa merinding saat berada di lokasi.
“Rumah itu katanya auranya tidak enak, negatif begitu katanya. Jangankan orang baru, orang
saya saja yang lama tinggal di sini dan sering melihat rumah itu merasa tidak enak jika kebetulan
mengarahkan pandangan ke sana,” ucap Sopiah, penjual warung makan itu.
Arief Syaifuddin, seorang spiritualis yang tinggal di Perak, Jombang, mengatakan bahwa rumah
yang ada bekas tumbalnya, rumah yang energinya negatif, atau rumah yang ada penghuni gaibnya bisa
dibersihkan. Secara kasat mata dilakukan dengan cara membersihkan rumput-rumput liarnya,
memotong pohon yang mengganggu, mengecat ulang, memberi penerangan yang memadai pada
malamnya.
“Makhluk halus dan sejenisnya itu menyukai tempat-tempat yang kotor, jorok, dan tidak ada
manusianya. Insaalloh dengan membersihkannya dan pemilik rumah sering membaca doa-doa, mereka
akan pergi dengan sendirinya. Jika tidak juga bisa pergi, maka perlu meminta bantuan orang pintar
untuk memindahkannya,” jelas lelaki yang biasa dipanggil Bopo Arief sebab sering menjadi pawang
jaranan ini.